Saatnya Bali Kembangkan Aplikasi Digital
Bali identik dengan tarian, gamelan, lukisan, dan ukiran. Citra itu terpatri kuat di benak banyak orang. Hampir setiap orang yang disodori pertanyaan tentang Bali menjawab demikian. Padahal, Bali memiliki potensi besar di bidang industri digital. Di Bali terdapat banyak komunitas digital dengan fasilitas yang cukup memadai. Itu sebabnya, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Hari Santosa Sungkari mendorong agar Bali mulai masuk dan melangkah lebih kencang di jalur ini.
Namun, di sisi lain, Hari Santosa mengatakan bahwa salah satu nilai lebih dalam karya kreatif adalah kekhasan atau keunikannya. Dan, kekhasan yang tak mungkin ditiru oleh bangsa lain mana pun adalah tradisi atau kearifan lokal yang hidup dalam keseharian kita. Karena itu ia mendorong agar kreator digital di Bali membuat aplikasi berdasar kearifan lokal.
“Membuat game leak, misalnya” ujar Hari.
Tampil sebagai pembicara utama dalam Bekraf Developer Day (BDD) yang berlangsung di Denpasar, Bali, Sabtu, 6 Mei 2017, mengatakan bahwa mengangkat keunikan tradisi lokal semacam itu kini menjadi tren di berbagai negara sebagai upaya untuk membuat karya-karya mereka unggul dan sulit ditiru oleh negara lain.
Hari juga menyebutkan contoh keunikan lain dari Bali yang menarik untuk diangkat dalam aplikasi digital, semisal tarian, pertanian, kuliner, dan permainan tradisional, yang bisa dikoneksikan dengan kebutuhan pariwisata.
Dalam pertanian, misalnya, aplikasi digital yang perlu dibangun adalah bagaimana kearifan petani dalam mendeteksi hama dan bagaimana mereka memperkirakan pergantian musim. Dengan mempercanggih pengetahuan tradisional tersebut, maka aplikasi tersebut akan menjadi alat yang sangat dibutuhkan oleh petani dalam meningkatkan kapasitas produksinya.
Tapi, Hari berpesan agar para pengembang aplikasi membuat produk yang simple yang mudah diaplikasikan oleh petani.
“Buat produk digital yang simple. Yang terjangkau dan mudah diaplikasikan oleh petani. Jangan yang susah-susah!,” tegas Hari di hadapan tak kurang dari 650 peserta yang memadati ballroom Aston Denpasar Hotel & Convention Center itu.
Peserta tak hanya dari Bali, adapula peminat industri digital dari luar Pulau Bali, seperti dari Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Jawa.
Pada kesempatan itu pula Ketua Asosiasi Game Indonesia, Narenda Wicaksono, yang tampil sebagai narasumber pada sesi yang berbeda, mengatakan bahwa banyaknya peminat game developer di Bali cukup menggembirakan. Ini terlihat dari kehadiran peserta BDD yang menembus angka lebih dari 500 orang. Tak hanya peminat animasi, peminat programming dan game juga sangat banyak.
Potensi startup di Bali sangat baik,’’ kata pendiri Dicoding tersebut.
Narenda lebih lanjut mengatakan, asosiasi yang dipimpinnya bersama dengan Bekraf akan terus berkontribusi untuk kemajuan industri digital di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Selain BDD yang sudah berlangsung sejak 2016 lalu, pihaknya juga akan terus mendorong kemajuan industri digital dengan berbagai program. “Kami sedang menyusun pembuatan kurikulum game bagi para pemula, kami juga akan mendirikan Inkubasi bisnis bagi pengusaha pemula. Mudah-mudahan terobosan ini mendorong semakin majunya industri digital di Indonesia,’’ katanya. ***
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!