
Foto: Masbrooo
PERNAH melihat sepeda motor dengan stang panjang melengkung dan pipa panjang menjulang di bagian belakang dan sadel jok yang hanya seukuran satu dudukan satu orang dewasa saja? Jika Anda melihat sepeda motor macam itu bisa jadi motor tersebut adalah hasil modifikasi Komang Gede Sentana Putra alias Kedux, pemuda Denpasar yang kondang sebagai kreator motor custom handal. Ketenaran namanya tidak hanya sebatas penggemar motor di Denpasar atau Bali saja, melainkan masyur hingga ke kalangan builder motor terutama di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada 3 Desember 2017 misalnya, Kedux diundang ke Pacifico Yokohama, Jepang, untuk mengikuti Yokohama Hot Road Custom Show. Keikutsertaannya di Yokohama Japan ini lantaran karya motor custom Kedux tampil sebagai salah satu yang terbaik dalam Kustomfest 2017 di Jogjakarta beberapa waktu lalu.
Dari Bengkel Dekat Rumah
Kedux mulai tekun mengeksplorasi motor kustom sejak ia berkuliah di sebuah kampus seni di Denpasar. Di kampus itu ia merasa tidak mendapatkan apa-apa lantaran menurutnya cara pengaplikasian teori ke dalam praktek berkarya yang diajarkan oleh para dosen terlalu text book thinking dan cenderung membatasi imajinasi.
“Harusnya teori menjadi landasan berpikir untuk mengembangkan gagasan agar tidak asal membuat karya yang sekedar beda. Tapi teori tidak boleh menjadi pembatas mutlak tentang apa yang benar dan yang salah dalam berkaya,” paparnya.
Maka Kedux pun memutuskan untuk melakukan sendiri eksplorasinya pada media yang disukainya: motor. Jadilah ia menekuni profesi sebagai builder (dan melukis pinstripe) yang ia awali dari sebuah bengkel Harley Davidson di dekat rumahnya. Dari rsitu sedikit demi sedikit ia belajar mendesain motor. Sampai kemudian seseorang di sana memintanya untuk belajar secara serius mengenai pinstripe.
Permintaan itu merupakan tantangan menarik bagi Kedux. Ia pun mengumpulkan berbagai ragam majalah yang memberinya tambahan wawasan mengenai pinstripe. Setelah beberapa kali bereksperimen, ia pun menemukan beberapa persoalan teknis yang harus ia atasi. Semisal tidak ada kuas costum yang pas untuk menghasilkan garis-garis yang ia inginkan. Untuk itu ia membuat sendiri kuas tesebut untuk melunasi keinginannya.
Ia pun menjelajah mencari bahan-bahan yang tepat untuk kuas yang ia rancang. Kedux mencoba mulai dari bulu kuda, kambing, anjing, sampai rambut manusia untuk ia gunakan sebagai kuas. Hasilnya selalu tidak memuaskan. Cat dasarnya selalu ikut tergerus atau kurang tebal.
“Mau nanya, bingung nanya siapa? Aku nggak tau siapa artis pinstripe di Denpasar,” tuturnya.
Selama enam bulanan Kedux belajar tanpa hasil sampai akhirnya seorang customer bengkel memberinya hadiah satu set kuas seharga Rp2 juta. Sebuah angka yang menurut Kedux sangat tinggi nilainya saat itu. Rupanya lima kuas beragam ukuran tersebut terbuat dari bulu tupai.
Karena sayang, selama sebulan kuas itu ia pergunakan. Baru setelah merasa cukup mantap dengan segala macam percobaan, Kedux memulai eksperimennya menggunakan kuas pemberian tadi dengan helm dan motor teman-temannya sebagai medianya.
Setelah mantap, barulah Kedux berani menerima pesanan. Pertama kali ia menghasilkan uang dari kuas bulu tupai itu setelah menggambari helm seorang customer bengkel Harley tempatnya bekerja. Ia mendapat bayaran Rp700 ribu untuk jasanya itu. Uang itu kemudian menjadi modal pengembangan kreativitasnya. Ia kemudian membeli oven, perlengkapan airbrush, dan lain-lain.
Merasa pinstripe ternyata bisa mendatangkan uang, sepulang dari bengkel Kedux selalu bekerja lagi di rumahnya untuk mengerjakan pesanana pinstripe.
Berdiri Sendiri
Suatu hari, setelah selama tiga tahun bekerja tekun di bengkel Harley Davidson dekat rumahnya, Kedux dipanggil oleh bossnya dan tanpa alasan yang ia pahami Sang Boss memecatnya dari bengkel itu. Tentu saja ia marah atas perlakuan itu. Tapi merasa tidak ada gunanya, Kedux pun menerimanya.
Merasa jengah, dengan modal nekat ia meminjam uang di bank dan mendirikan bengkel sendiri. Di situ ia mulai membangun motor-motor seperti yang ia imajinasikan selama ini. Inilah awal berdirinya Kedux Garage.
Di bengkel baru milik sediri itulah selanjutnya Kedux membenamkan diri selama berbulan-bulan untuk membangun sebuah motor dengan desain khsusus. Hasilnya memang tak seberapa jika dikalulasi secara bisnis. Tapi gejolak kreativitas Kedux tak mengijinkan dirinya untuk berkutat pada hitungan uang semata. Ia merasa dirinya akan menjadi seniman di bidang ini. Maka ia pun terus menekuni aktivitas motor kustom ini dengan teguh.
“Aku bukan tukang. Aku perancang yang berkarya. Motor yang kubangun adalah karya. Karyaku!” tegas Kedux sembari memaparkan bahwa motor kustom hanya ada satu di seluruh dunia. Itu baginya serupa dengan lukisan monalisa yang hanya ada satu di jagat raya.
Untuk keperluan hidup, Kedux juga membangun motor pesanan berdasarkan keinginan customer.
Kedux kemudian menuturkan sebuah pengalaman menarik yakni saat ia membangun sebuah motor untuk seorang ekspatriat yang ia bandrol dengan harga Rp40 juta. Tak sampai sepekan motor itu dijual kembali oleh si bule dengan harga Rp80 juta.
Yang menarik, dalam berkarya Kedux meniru gaya maestro patung Bali, I Cokot. Dalam proses membuat patung, I Cokot tidak menentukan akan menjadi apa sepotong kayu yang ia hadapi, melainkan bentuk kayu itulah yang mengarahkan dirinya untuk mengarahkan pahat untuk melahirkan bentuk baru. Kedux pun demikian, baginya motor itu sendirilah yang menentukan akan seperti apa dirinya terlihat.
“Bagi orang, mungkin gila atau mengada-ada. Tapi itulah hal yang kurasakan. Secara instingtif pada obyek sudah terlihat titik-titik mana yang akan dirubah seperti apa, jadi tinggal mengikuti titik-titik itu saja,” terangnya.
Dari mana Kedux mendapat teori berkarya seperti itu?
“Aku mendapatkannya saat berproses mengukir topeng untuk ogoh-ogoh,” jawabnya.
Rupanya selain membuat motor costum, Kedux juga aktif membuat ogoh-ogoh –boneka besar yang diarak oleh orang Bali dalam ritual Pengrupukan, sehari menjelang Hari Nyepi– untuk banjarnya, Tainsiat. Di banjarnya, setiap kali membuat ogoh-ogoh Kedux selalu didapuk sebagai arsitek sekaligus tukang utamanya. Alasannya, ia dikenal sebagai pemuda yang paling trampil dan paling kreatif di antara teman-teman sebayanya.
Keputusan menunjuk Kedux itu terbukti tepat. Ogoh-ogoh milik Banjar Tainsiat rancangan Kedux tampil sebagai yang terbaik selama tiga kali berturut-turut, sampai-sampai tidak diperkenankan lagi ikut dalam kompetisi untuk memberi kesempatan karya lain menjadi juara.
NK13 ke Jepang
Kembali ke soal motor kustom. Selama beberapa tahun menekuni bidang ini, Kedux sudah menghasilkan puluhan rancangan motor. Satu di antaranya dia labeli NK13. Motor inilah yang beberapa waktu lalu memenangi Kustomfest 2017 di Jogjakarta dan kemudian diundang berpartisipasi di ke Pacifico Yokohama, Jepang.
Tentang NK13, itu sesungguhnya merupakan kependekan dari Naskleeng 13, nama kelompok motor kustom di mana Kedux tergabung di dalamnya. Beberapa tahun lalu, kelompok ini membuat pusing banyak kalangan di Denpasar. Betapa tidak, anggota kelompok ini semuanya anak muda bertato dan berpenampilan “sangar” dengan motor kustom yang suaranya memekakkan telinga. Banyak orang beranggapan bahwa NK13 adalah geng motor yang suka bikin rusuh.
Belakangan, dalam perjalanan waktu kelompok ini bertransformasi menjadi kelompok kreatif yang memproduksi kaos dan merchandise serta sebagai event organiser bagi kalangan mereka sendiri. Sejalan dengan itu, tren membangun motor semakin merebak. Kedux ambil bagian di dalamnya dan menyuat menjadi builder andal berkat talenta dan kreativitasnya yang menyela-nyala.
13 Nopember lalu, jelang keberangkatannya ke Yokohama, Jepang, Kedux menghadap Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, untuk meminta arahan dan bantuan. Pada momentum tersebut Rai Mantra mengapresiasi langkah Kedux dan kawan-kawan yang dengan kreativitasnya melahirkan hal-hal yang semula dipandang sepele menjadi sesuatu yang bernilai.
“Saya mengapresiasi dan menyatakan salut terhadap langkah kreatif Kedux dan kawan-kawan yang memberi inspirasi bagi kaum muda bahwa kreativitas, dalam bidang apa pun, dapat menjadikan kita lebih bernilai. Juga dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain dengan terbukanya lapangan kerja baru,” ucap Rai Mantra.
Rai Mantra mendukung langkah Kedux untuk terus melakukan eksplorasi kreatif sehingga karya dan gagasannya bisa lebih bergaung di dunia internasional. **