Ekosistem Ekonomi Kreatif, Tuntutan Zaman Now
OLEH :
IGP ANINDYA PUTRA
Ketika pada 2014, UNESCO Creative Cities Network (UCCN) telah menawarkan kesempatan bagi berbagai kota untuk bergabung dalam jaringan kota kreatif dunia, Denpasar turut menjajal untuk masuk ke dalam jaringan tersebut. Sejauh ini, memang masih ada beberapa prasyarat yang harus dilengkapi untuk bisa tergabung, namun Denpasar tak jera untuk terus melangkah di jalur pembangunan ini.
Mengapa Denpasar getol menjadi Kota Kreatif? Disadari bahwa Denpasar tidak memiliki sumber daya alam yang memadai untuk membangun kotanya, maka tumpuan ada pada keunggulan sumber daya manusia dan budayanya. Budaya menjadi unggul apabila disertai kreativitas dan inovasi. Inovasi dan kreativitas yang dilandasi budaya lokal ini menjadi inspirasi mengembangkan kota kreatif.
Lalu, salah satu hal terpenting dari Kota Kreatif adalah gerak pembangunannya mengusung ekonomi kreatif yang berbasis pada gagasan dan inovasi. Itu artinya aktivitas ekonominya bertumpu pada pengembangan sumber daya manusia dan sangat ramah sumber daya alam, sebab gagasan kreatif mampu memberi nilai tambah pada hal-hal sepele menjadi susuatu yang luar biasa dan terbarukan.
Hal di atas sejurus itu dengan arahan Presiden RI untuk
menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung ekonomi nasional, di mana Kota Kreatif berperan penting untuk mendukung ekosistem kondusif dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Kota Kreatif sebagai Solusi
Di luar arahan Presiden, kita sendiri tahu bahwa kota merupakan pusat peradaban yang terbentuk dari pergulatan kreativitas warganya. Kreativitas tersebut terus berproses untuk menjawab tantangan demi tantangan yang hadir setiap hari akibat bersilang-susupnya berbagai kepentingan warga kota. Kepentingan-kepentingan tersebut dapat berwajah ekonomi, politik, sosial-budaya, keyakinan, dan sebagainya. Membangun Kota Kreatif merupakan salah satu solusi jitu untuk menyelaraskan semua kepentingan warga kota sehingga mereka dapat hidup rukun berdampingan sebagai satu komunitas besar. Hal itu didasari oleh pemikiran bahwa kata kunci penting dalam Kota Kreatif adalah kolaborasi dan sinergi. Kita tahu, kolaborasi dan sinergi adalah kerjasama yang equal antara berbagai orang berbeda paham dan kepentingan untuk menciptakan sesuatu bagi kesenangan (baca: kesejahteraan) bersama.
Berkait itu, menjadi jelas bahwa pengembangan Kota Kreatif tidak bisa luput dari upaya pemberdayaan komunitas-
komunitas kreatif dan mengarahkan mereka agar saling bekerjasama dalam sebuah ekosistem yang kondusif. Karena itulah menjadi sangat relevan himbauan Pemerintah Pusat untuk bersama-sama menggalakkan ekosistem ekonomi kreatif, bahkan lebih dari itu, untuk menumbuhkannya dari akar rumput. Tentu saja setelah tumbuh harus dirawat bersama-sama sehingga pelaku kreatif bisa semakin ramai dan ekonomi bertumbuh.
Kenyataan saat ini, sebagian besar pekerja kreatif masih bekerja sendiri-sendiri dan enggan untuk turut bersama-sama menciptakan sebuah ekosistem yang saling mendukung. Padahal, sejarah mencatat bahwa kemajuan di bidang apa pun tidak pernah terwujud tanpa sokongan ekosistem dari kelompok-kelompok yang berkait secara langsung atau tidak langsung dengan bidang itu. Tanpa ekosistem, semua akan bekerja sendiri-sendiri dan meluputkan kemungkinan melahirkan sesuatu yang besar berkat tambahan kemampuan dari pihak lain untuk menyempurnakan hal-hal yang mereka kerjakan.
Di tengah ekosistem yang kondusif orang-orang kreatif menjadi lebih potensial dalam berkarya. Sebagai contoh sederhana, crossing collaboration antara perajin endek dan fashion designer di Kota Denpasar telah membuka berbagai peluang baru. Produk perajin endek yang unik yang semula hanya dipasarkan di satu titik tertentu ketika digandeng dan dibrand-
ing sedemikian rupa oleh fashion designer jadilah produk baru yang berdampak pada kesejahteraan keduanya. Lapangan kerja pun semakin lebar terbuka.
Tugas Bersama
Jadi, salah satu kerja besar dalam membangun Kota Kreatif adalah merangsang tumbuhnya ekosistem-ekosistem ekonomi kreatif yang memungkinkan semua pegiat ekonomi kreatif memiliki kesempatan lebih besar untuk meningkatkan (bisnis) kreatif mereka dari segi kuantitas maupun kualitas.
Merujuk berbagai teori pengembangan Kota Kreatif, idealnya pihak yang harus terlibat dalam penumbuhan ekosistem ekonomi kreatif adalah komunitas, akademisi, pelaku usaha, pemerintah, dan media (penta-helix). Kolaborasi dan sinergi kelimanya akan memunculkan ekosistem-ekosistem yang khas yang kelak akan menjadi keunggulan setempat dan menjadi landasan menentukan langkah-langkah strategis dan prioritas program untuk mendorong peningkatan ekonomi guna kesejahteraan bersama.
Singakt kata, meminjam istilah anak muda sekarang, zaman now bukan lagi era bekerja sendiri-sendiri. Saatnya membangun kolaborasi dalam ekosistem ekonomi kreatif yang sehat.***
Penulis adalah Kepala Badan Kreatif Denpasar
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!