Spin Sugar – Putaran Manis Vinyl-vinyl di Hari Kamis
Spin Sugar
Sebuah komunitas pecinta musik, DJ, dan kolektor piringan hitam menggelar acara dwi mingguan bertajuk “Spin Sugar| Play Vinyl + Share Story” di sebuah café di Jalan Veteran, Denpasar. Bergiliran mereka memutar dan membicarakan koleksi rilisan fisik milik mereka dan cerita di sebaliknya.

Foto-foto : Istimewa
AB Antara
Hujan cukup lebat mengguyur Kota Denpasar Kamis malam itu.Tidak seperti beberapa ruas jalan lain di pusat kota yang menjadi tersendat begitu hujan turun, ruas Jalan Veteran justru lebih lengang dari biasanya. Entah kenapa, suasananya malah nyaris seperti jelang tengah malam.Hanya sesekali saja tampak kendaraan melintas. Toko-toko dan warung-warung pun tak ramai pengunjung.
Tapi tak demikian halnya dengan Voltvet Eatery & Coffee yang terletak di Jalan Veteran No. 11A, beberapa belas meter di sebelah utara Inna Bali Hotel, Denpasar. Di kafe mungil itu belasan pegiat kreatif dan peminat seni justru tampak tengah bergairah dalam diskusi. Kebetulan malam itu DJ Jay Dee memaparkan topik menarik yakni how toscratching vinyl, salah satu teknik dasar dan utama yang harus dikuasai seorang Disk Jockey (DJ). Setelah diskusi, meningkahi guyuran hujan, DJ Yoga menghibur pengunjung dengan lagu-lagu prog-rock (rock eskperimental) koleksinya.
Itulah gelaran Spin Sugar yang malam itu digelar untuk yang ke20 kalinya. Kecuali suasana lengang jalanan karena hujan, seperti itu pula suasana Spin Sugar pada volume-volume sebelumnya.

Foto-foto : Istimewa
Spin Sugar sendiri adalah acara dwimingguan yang digelar oleh komunitas pecinta musik, DJ, dan kolektor piringan hitam di Kota Denpasar dan sekitarnya. Acara biasanya digelar pada hari Kamis pekan pertama dan ketiga. Inisiator dari acaradan komunitas ini adalah Ridwan Rudianto dan Marlowe Bandem, dua sahabat masa remaja yang dikenal aktif dalam domain seni dan budaya kontemporer Bali.
DesakanKawan di Jepang
Awal mula pendirian komunitas ini tak lepas dari anjuran seorang teman Ridwan yang berdomisili di Jepang dan berbisnis vynil lawas di sana.Oleh sang teman, vinyl-vinyl tersebut antara lain dikirimke Jakarta untuk dipasarkan kepada para kolektor. Saatitu di Jakarta sudah terdapat banyak komunitas penggemar vinyl dan rilisan fisik yang bursa penjalannya antara lain di Pasar Santa.
Ridwan adalah kolektor vinyl dan rilisan fisik lainnya yang getol berburu ke berbagai penjuru negeri. Melihat itu, si teman menyarankan agar Ridwan sekalian saja membuka usaha penjualan vinyl di Bali. Saran itu sempat lama dalam pertimbangan sebelum akhirnya direalisasi saat musisi Bobby SID mendirikan Voltvet Café di pusat kota Denpasar. Di situlah Ridwan membuka counter vinyl lawas dan belakangan bersama Marlowe menggagas acara putar lagu bareng dan berbagi cerita untuk menjadikan tempat itu bukan sekadar bursa biasa. Lahirlah“Spin Sugar| Play Vinyl + Share Story”.
Konsep acaranya sederhana saja, Spin Sugar mempersilahkan para penggemar vinyl untuk memutar satu-dua vinyl koleksi mereka kemudian menuturkan kisah di balik koleksi
tersebut, entah mengenai kisah mereka mendapatkan koleksi itu atau makna dari lagu-lagu yang terdapat di dalamnya bagi pribadi mereka sendiri.
“Yah, semacam ruang berbagilah kepada sesame penggemar, pecinta, dan kolektor rilisan fisik,” papar Ridwan.
Di luar itu Spin Sugar juga merupakan ajang pertukaran, penjualan dan pembelian rilisan fisik itusendiri. Jadi, semacam bursa jual-beli rilisan fisik berupa piringan hitam, CD dan kaset yang dalam dua decade terakhir ini telah menjadi barang langka.
Tak berapa lama setelah Spin Sugar digelindingkan, Andhika Gautama bergabung memperkuat formasi. Ketiganya kemudian menjadi trio penggerak acara yang mereka kukuhkan sebagai perayaan atas kecintaan terhadap musik, khususnya dalam format rilisan fisik seperti piringanhitam, CD,dan kaset.
“Sejauh ini, telah banyak penggemar, pecinta, dan kolektor rilisan fisik berpartisipasi memperdengarkan lagu-lagu dari piringan-piringan hitam koleksi mereka. Genre lagunya beragam, dari punk sampai funk, dari folk sampai deep-house,” imbuh Marlowe.
Tapi, tambahAndhika, hingga kini masih banyak kolektor yang enggan menuturkan kisahnya berkait koleksi-koleksi yang mereka punyai.Tapi dalam obrolan antar personal semuanya selalu tampak senang dan bergairah.Terutama dalam pemilihan lagu-lagu yang harus diputar dan didengar bersama-sama.
“Mereka bergantian menjad iselektor dan dalam berargumentasi saat memilih lagu menunjukkan kedalaman apresiasi musical mereka,” ujar Andhika sembari menuturkan bahawa dalam setiap gelaran rata-rata20 hingga 30 lagu diputar dan didengarkan bersama-sama.
Kini, sebagai orang yang memilikikoleksirilisanfisikpaling banyak, paling telaten, dan paling menguasaiberbagai info ihwalrilisanfisikdibandingkanpenggerak Spin Sugarlainnya, Andhika GautamadidapuksebagaiResident DJ darigelaranregulermerekaitu.
Ke depan, ketiga trio Ridwan, Marlowe dan Andhika bersepakat mengarahkan Spin Sugar untuk lebih dalam membahas hal-ha lpenting seputar rilisanfisik sedari hal-hal praktis mengenai rilisan fisik semisal kiat merawat koleksi piringan hitam hingga ke hal-hal lebih luas yang menjadikan setiap rilisan fisik memilik inilai yang berpuluh kali lipat nilai fisiknya. Kelak, acara ini tak semata sebagai ajang persuaan sesama pehobi untuk berbagai kesenangan, melainkan juga sebagai ruang pergulatan pemikiran kreatif dalam suasana yang informal dan casual.
“Seriustapisantai,” ujarmereka.***
PARA MOTOR SPIN SUGAR

Ridwan Rudianto
adalah seorang artistik-perfeksionis yang memiliki selera dan pengalaman musical tinggi, genre bergaris down tempo, IDM dan kidal. Ridwan disegani sebagai editor video andal dengan berbagai kolaborasi profil tinggi bersama Goenawan Mohamad dan Jay Subiyakto. Ia juga adalah sutradara video clip historis Superman Is Dead bertajuk "Punk HariIni" di tahun 2003. Ridwan juga mengelola toko musik mandiri dan toko barang seni di Denpasar.
Andhika autama
sudah mengoleksi music sejak usia 8 tahun. Di usia 21 tahun, Andhika menjadi Entertainment Manager dari Hard Rock Cafe Jakarta dan selama berkiprah di sana ia berhasil mendatangkan 30 artis internasional seperti No Doubt, Def Leppard, Steve Vai, Toto dan Back Street Boys. Di usia 28, Andhika menjadi A & R Manager dari Universal Music di Indonesia, dan berhasil membuat album kedua Elements meraih Triple Platinum. Kini menetap di Bali, Andhika aktif di bisnis hiburan lewat Westside Entertainment.

Marlowe Bandem
mengakrabi DJ-ing saat studi di Perth, Australia Barat di tahun 1994. Setibanya di Bali, Marlowe menjalankan acara DJ MIX “Deeper Shades of Wax”. Marlowe juga pengendara sepeda yang getol, Manajer dua bank mikro dan Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti yang mengawasi STIKOM Bali, perguruan tinggi ICT terbesar di Bali. Ia adalah bagian dari tim penelitian Bali 1928 yang dipimpin oleh ahli etnomusikologi, Dr. Edward Herbst, yang saat ini bekerja untuk memasarkan kembali rekaman musik, film, danfoto Bali lama, mulai dari arsip, perpustakaan, universitas, dan koleksi pribadi di luar negeri.***
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!